M Nasrun Nur
Ketika pasangan suami istri bertengkar, maka segala
caci maki bisa keluar. Saat itu, sifat asli dan sifat jelek
masing-masing dari pasangan tampak secara nyata. Hal ini tentunya tidak
sehat untuk satu pernikahan. Tapi ini adalah konflik dalam pernikahan. Berikut ini ada beberapa kalimat yang membuat pasangan menikah mengalami pertengkaran hebat, yang dikutip dari boldsky:
"Kamu hidup dari uang saya"
Dulu mungkin pria memang satu-satunya pemegang kendali keuangan
karena pencari nafkah. Tapi di jaman sekarang ini, pria dan wanita
sama-sama mencari nafkah dan tidak jarang kondisi ini menimbulkan
pertengkaran hebat bila keduanya tidak bisa membahas soal keuangan
mereka dengan baik.
"Ibumu ingin menyingkirkan saya"
Meskipun pernyataan ini umumnya disampaikan perempuan, tapi pria juga
sangat sensitif urusan yang satu ini. Umumnya, setiap orang berusaha
untuk dekat dan menempatkan diri dengan mertua mereka. Tapi ketika usaha
itu sudah dilakukan tapi tidak berhasil juga, maka perasaan tidak
diterima tetap ada.
"Kamu tidak cocok menjadi orangtua "
Jika dalam
keseharian Anda dan pasangan tidak bisa saling menekan keegoisan dan
selalu bertengkar, bahkan menuduh bahwa dia tidak cocok menjadi
orangtua, itu adalah kesalahan yang sangat fatal. Karena ketika Anda
bicara seperrti itu, maka Anda juga dianggap tidak layak menjadi
orangtua.
"Kau beruntung menikah dengan aku"
Kadang ketika
persoalan muncul, kerap keluar kalimat yang tidak perlu. Pernikahan
adalah apa yang ingin Anda lakukan atas kesepakatan kedua belah pihak.
Jadi, bukan hal bijaksana jika salah satu di antara Anda merasa paling
baik daripada pasangan Anda.
"Katakan sekali lagi dan aku akan meninggalkanmu"
Anda
bisa saja mengulang kata-kata tersebut sebanyak yang Anda mau, tapi itu
hanya akan memperburuk keadaan. Semua akan disesali ketika salah satu
dari Anda benar-benar melakukan hal tersebut. (*)
Selasa, 20 Maret 2012
Senin, 12 Maret 2012
Filosofi Lima Jari
M NASRUN NUR
Ibu Jari (jari pertama) menggambarkan kedua orangtua. Telunjuk (jari kedua) menggambarkan saudara kandung. Jari tengah (jari ketiga) menggambarkan diri kita sendiri. Jari manis (jari keempat) menggambarkan pasangan hidup kita. Dan kelingking (jari kelima) merepresentasikan anak-anak kita.
Sekarang, pertemukan kedua tangan kita satu sama lain dengan pasangan jarinya: ibu jari ketemu ibu jari, telunjuk ketemu telunjuk, dan seterusnya. Tapi, untuk jari tengah, pertemukan dengan cara berpunggung-punggungan.
Sekarang jika memisahkan kedua ibu jari yang menggambarkan kedua orangtua kita, kita mudah melakukannya. Filosofinya adalah orangtua kita tidak akan hidup dengan kita selama-lamanya. Begitupun saat mencoba memisahkan telunjuk, kita bisa melakukannya.
Artinya saudara-saudara kita pun akan berpisah karena mereka akan memiliki keluarga atau hidup masing-masing. Lalu kelingking pun sama. Kita bisa memisahkannya. Artinya anak-anak suatu saat kelak akan memisahkan diri dari kita karena tumbuh dewasa dan berkeluarga.
Akhirnya, coba pisahkan jari manis yang saling bertautan itu. Coba sekali lagi. Ternyata itu tak bisa kita lakukan. Sekuat apa pun kita melakukannya keduanya tetap bersatu.Seperti itulah pasangan hidup kita yang selalu bersama dalam suka dan duka, dalam keadaan kaya atau miskin, sehat atau sakit. Hanya kematian yang bisa memisahkan kita.
Itulah kenapa cincin kawin dipasang di jari manis sebagai penghargaan pada pasangan hidup kita yang akan mendampingi kita selama-lamanya. (*)
Langganan:
Komentar (Atom)